Rabu, 28 Desember 2011


Tugas Individu
MK. Pengantar Teknologi Pertanian

ALAT PEMISAH BULIR PADI DARI BATANG



NAMA    : DIKI WAHUDI
NIM       : 1127040072
KELAS     : B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTA TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

Description: F:\alat-perontok-padi_files\images.jpgVTINGKAT  RENDAH











Alat perontok yang paling sederhana berupa kayu atau bambu pemukul, tongkat perontok, dan lain sebagainya tergantung pada kebiasaan didaerah masing-masing. Alat yang biasa dipakai adalah pedal perontok (Thresher) yang terdira atas sebuah drum yang terbuat dari lempeng – lempeng kayu yang disusun berjajar berkeliling membentuk silinder kayu dengan diameter 36 – 38 cm, dan panjang 42-45 cm. Pada kayu ini ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat baja sebesar 3 mm. Poros pada drum pedal ini dihubungkan dengan sebuah stang pemutar dan diteruskan kepedal. Tetapi apabila semua bagian alat yang ikut berperan dalam perontok padi digerakkan dengan mesin akan sangat membantu para petani.   karena selain semakin meringankan pekerjaan juga mempercepat waktu. biasanya petani menggunakan alat perontok manual dalam 1 jamnya hanya menghasilkan 100 – 150 kg. Dan itu pun belum lagi waktu untuk membersihkan jerami-jeraminya, karena apabila dengan cara manual harus memanfaatkan aliran udara bebas atau angin untuk memisahkan jerami tersebut.
Hal seperti seperti ini sangatlah memprihatinkan, apalagi pada saat ini harga padi yang tidak stabil. Beruntung apabila harga semakin tinggi, tetapi itu sangat jarang ditemui pada saat musim panen. Biasanya pada saat panen apalagi saat panen raya, semua petani padi memanen padinya. Akhirnya para penadah atau pengepul padi seenaknya membuat harga dengan alasan banyaknya padi yang dipanen. Akibatnya bisa sangat memprihatinkan apabila para petani tidak bisa begitu cepat untuk memanen padi mereka, karena semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk memanen, harga akan semakin anjlok. Tidak hanya dalam hitungan hari, hitungan jam pun sudah biasa harga yang semula tinggi kemudian anjlok. Maka dari itu perlu sekali mesin perontok padi ini dipakai oleh petani. Apalagi terdapat pengembangan pada pemisah padi dan kotoran, sehingga pada saat memanen waktu yang dibutuhkan akan lebih cepat
TINGKAT SEDANG
















Pedal Thresher Lipat mempunyai prinsip kerja yang sama dengan pedal thresher stationary, berbeda hanya pada komponen kerangka yang dapat dilipat sehingga mudah dibawa ke tengah sawah. Dimaksudkan untuk mengatasi besarnya susut tercecer akibat perontokan padi menggunakan cara Gebot. Kemampuan kerjanya mencapai 90-120 kg/jam hanya dengan satu orang operator.
Keunggulan:
  • Bentuknya sederhana
  • Bahan terdiri dari pipa, kayu, kawat, dan plastik tenda, dan dapat bebas difabrikasi menggunakan bahan bekas atau bahan baru
  • Memanfaatkan gir roda belakang sepeda beserta rantainya yang bersifat “Free Wheel”, sekali pedal ditekan, drum perontok akan terus berputar karena dilengkapi dengan pemberat “eksentrik”
  • Mekanisme kerangkanya mirip dengan kursi lipat, sedangkan mekanisme pedalnya mirip dengan pedal pada mesin jahit (tipe kaki menggunakan pegas ban karet bekas).
Spesifikasi Teknis:
  • Tipe : Manual (Lipat)
  • Kapasitas Kerja : 90 – 120 kg/jam
  • Panjang = 1009 mm
  • Lebar = 112 mm
  • Tinggi = 146 mm
  • Diameter drum = 350 mm
  • Gigi Perontok = Sirip Kawat bentuk kerucut
  • Bobot : 10 kg
  • Tenaga penggerak : Pedal
  • Operator : 1 orang
  • Lama Penyediaan Setelah Order: minggu – 2 bulan tergantung jenis dan jumlah produk yang dipesan
  • Minimal Order: 1
Description: mesin perontok padi maksindoDescription: G:\pd 3_files\photo_data\PKH%20Mekanisme%20alat%20pertanian.JPGTINGKAT TINGGI








Sejalan dengan perkembangan teknologi sekarang ini, semua yang berkaitan dengan mesin ataupun bukan mesin selalu berhubungan dengan teknologi. Apalagi produsen yang memproduksi suatu alat sangat kualahan untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Maka dari itu perlu adanya pengembangan alat produksi yang bisa membantu proses produksi secara cepat dan efisien. Namun, sekarang ini masih banyak pekerjaan yang sebenarnya bisa dibantu dengan suatu alat atau mesin, tetapi para pelaku produksi masih menggunakan proses secara manual. Seperti halnya yang terjadi pada petani penghasil padi. Sekarang ini masih banyak petani yang memakai cara manual untuk merontokkan  padi, ada yang sudah memakai alat tetapi masih menggunakan tenaga manusia sebagai penggeraknya. Padahal untuk memperoleh hasil panen yang banyak dan bersih, petani harus melakukan beberapa tahapan dalam  merontokkan padi dan kemudian membersihkan padi dari kotoran-kotoran ( jerami ) yang berasal dari potongan-potongan daun atau tangkai pohon padi yang terkena perontoknya. Apabila semua itu dilakukan oleh mesin maka petani akan  terbantu dan akan memperoleh padi yang dipanen lebih banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat.
Maka dari itu perlu adanya mesin perontok padi dengan inovasi atau pengembangan yang harus mendukung, yaitu pada bagian pemisah antara padi dan potongan daun. Dan alat yang perlu ditambahkan pada mesin perontok padi itu adalah blower. Blower di pasang setelah perontok.
Spesifikasi :
  • Model : PPM-1  (penggerak China), PPM-2 (Penggerak Kubota)
  • Kapasitas :
    • Kapasitas Gabah : 800 kg / jam
    • Kapasitas Kedelai : 350 kg / jam
    • Kapasitas jagung basah : 1250 kg / jam
    • Kapasitas jagung kering : 2000 kg / jam
  • Putaran poros utama : 500-700 rpm
  • tenaga penggerak  motor diesel : 7 PK / 2200 watt
  • Dimensi : 115x78x132 cm
  • Berat (tanpa mesin) : 138 kg
  • Panjang jerami : 450-500 mm
Panjang tangkai kedelai : 550-600 mm
 
ALAT PENANAM PADI TRADISIONAL
Teknologi Tabela (Tanam Benih Langsung)


 



TABELA adalah teknologi baru bagi kita. Tabela ( Tanam Benih Langsung ) merupakan salah satu teknik tanam padi.
Pada perkembanganya teknik penyempurnaan Tabela-pun berkembang salah satunya adalah BAYTANI. Baytani dibuat dari kayu dan plastik, panjang total 210 cm; lebar 52 cm, tinggi tanpa penarik 52 cm dan berat 11,5 kg. Konstruksinya knock down untuk mempermudah dibawa dalam pengangkutan. Kebutuhan benih 20—25 kg per hektar (ha) dengan kapasitas kerja 3—6 jam per ha tergantung pengalaman operator.Tabung benih terbuat dari pipa paralon dengan ukuran 4 inci. Pada tabung benih terdapat 8 baris lubang untuk keluarnya benih dengan jarak antarbaris 25 cm
Roda terbuat dari kayu dengan diameter 50 cm dan tebal 4 cm. Pada roda bagian luar dipasang tujuh sayap segaris dengan lubang benih. Sayap pada roda berfungsi membuat jarak tanam dalam barisan dan menahan roda agar tidak selip saat ditarik.Pengisian benih dilakukan melalui kedua pusat roda bagian luar yang dapat dibuka dan ditutup. Agar benih dapat jatuh dengan baik, tabung hanya diisi 70%–80% dari volumenya. Setiap kali mengisi tabung sekitar 6–7 kg benih, masing-masing 3–3,5 kg dikiri dan kanan, untuk 0,25–0,3 ha sawah.Baytani dirancang bangun dengan harapan, sistem tabela dapat menjadi alternatif dalam bercocok tanam padi selain sistem pindah tanam. Sekaligus sebagai solusi makin sulitnya tenaga tanam.
ALAT PENANAM PADI SEDANG
Alat Tanam Seba Guna ( Panser )




 




PANSER ( penanam Serba Guna ), sesuai dengan namanya alat ini bisa untuk menanam Jagung, Kacang tanah, Padi, dan Kedelai dilahan kering.Proto tipe panser:
Keunggulan PANSER:
1.      Penser merupakan alat tanam multi guna yaitu bisa untuk menanam jaguung, kacang tanah, padi, kedelai (kususnya pada lahan kering )
2.      Panser bisa dioperasikan pada lahan dengan pengolahan sempurna maupun tanpa olah tanah (TOT)
3.      Panser dapat dioperasikan secara manual maupun dengan bantuan mesin penggerak.
4.      Panser bisa menekan biaya tanam hingga ± 60 %.
5.      Masa pakai panser akan lebih lama karena bahan utama terbuat dari logam/besi.

ALAT PENANAM PADI MODRN

Rice Transplanter

 

 

Rice transplanter adalah jenis mesin penanam padi yang dipergunakan untuk menanam bibit padi yang telah disemaikan pada areal khusus dengan umur tertentu, pada are al tanah sawah kondisi siap tanam, mesin dirancang untuk bekerja pada lahan berlumpur (puddle). Oeh karena itu mesin ini dirancang ringan dan dilengkapi dengan alat pengapung. Macam-macam rice transplanter
1.      Berdasarkan atas sumber daya penggerak
2.      Menurut macam persemaian yang digunakan transplanter
Bagian-bagian transplanteR
1.      Travelling Devices Yang Berfungsi Untuk Menggerakkan Transplanter Ke Depan Dan Belakang
2.      Feeding Devices Yang Terdiri Dari
·         Seedling Tray Berfungsi Sebagai Tempat Meletakkan Persemaian Yang Akan Ditanam
·          Seedling Stopper Berfungsi Sebagai Alat Penahan Persemaian Yang Terdapat Pada Seedling Tray
·         Seedling Feeding Pawl Untuk Menggerakkan Seedling Tray Kekanan Dan Kekiri Agar Pengambilan Persemaian Merata
3.      Planting Devices Terdiri Dari
4.      Planting Arm Berfungsi Mengerakkan Garpu Penanam Atau Planting Fork
5.      Planting Fork Sebagai Alat Pengambil Bibit Persemaian Dari Seedling Tray
6.      Operating Devices Adalah Alat Pengendalian Operasi Terdiri Atas Motor, Kopling, Gas, versneling, rem

Scrapbook Photos Slideshow Slideshow

Scrapbook Photos Slideshow Slideshow: TripAdvisor™ TripWow ★ Scrapbook Photos Slideshow Slideshow ★ to . Stunning free travel slideshows on TripAdvisor

alat penanam padi


















Posted by Picasa

Minggu, 18 Desember 2011

dikiwahyudi261009

putra panrita lopi: Modernisasi Pertanian

putra panrita lopi: Modernisasi Pertanian

Modernisasi Pertanian

Pada sebagian besar Negara Sedang Berkembang, teknologi baru di bidang pertanian dan inovasi-inovasi dalam kegiatan-kegiatan pertanian meruapakan prasyarat bagi upaya-upaya dalam peningkatan output dan produktivitas. Ada 3 tahap perkembangan modernisasi pertanian yakni, tahap pertama adalah pertanian tradisonal yang produktivitasnya rendah. Tahap kedua adalah tahap penganekaragaman produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah ada yang dijual ke sektor komersial, tetapi pemakaian modal dan teknologi masih rendah. Tahap yang ketiga adalah tahap yang menggambarkan pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional (subsisten) menuju peranian moderen membutuhkan banyak upaya lain selain pengaturan kembali struktur ekonomi pertanian atau penerapan teknologi pertanian yang baru.
Untuk lebih jelasnya, saya akan membahas 3 tahapan tersebut satu persatu dengan lebih terperinci.

I. Pertanian Tradisional (Subsisten)
Dalam pertanian tradisional, produksi pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Produksi dan produktivitas rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana (teknologi yang dipakai rendah). Penanaman atau penggunaan modal hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan.
Pada tahap ini hukum penurunan hasil (law of diminshing return) berlaku karena terlampau banyak tenaga kerja yang pindah bekerja di lahan pertanian yang sempit. Kegagalan panen karena hujan dan banjir, atau kurang suburnya tanah, tindakan pemerasan oleh oara rentenir merupakan hal yang sangat ditakuti para petani.

Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup diatas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan pertanianya sangat sempit dan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang tak dapat dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah dan dalam keadaan tahun-tahun yang buruk, para petani dan keluarganya akan meghadapi bahaya kelparan yang sangat mencekam.
Dengan melihat keadaan diatas, jelas bahwa dalam keadaan yang penuh resikio dan serta tidak ada kepastian seperti itu, para petani merasa enggan untuk pindah dari teknologi tradisional dan pola pertanian yang telah berpuluh tahun dipahaminya ke sistem baru yang akan menjamin hasil produksi yang lebih tinggi, tetapi masih ada kemungkinan mengalami kegagalan waktu panen (mempertahankan hidup) daripada usaha untuk memaksimalkan produk pertanianya.

II. Tahap Pertanian Tradisional Menuju Pertanian Moderen
Mungkin merupakan suatu tindakan yang tidak realistik jika mentransformasikan secara cepat suatu sistem peranian tradisional ke dalam sistem pertanian yang moderen. Upaya unttuk mengenalkan tanaman perdagangan dalam pertanian tradisional seringkali gagal dalam membantu petani untuk meningkatkan tingkat kehidupanya. Menggantungkan diri pada tanaman perdagangan bagi para petani kecil lebih mengundang resiko daripada pertanian subsisten murni karena risiko fluktuasi harga menambah keadaan menjadi lebih tidak menentu.
Oleh karena itu penganekaragaman pertanian( diversified farming) merupakan suatu langkah pertama yang cukup logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsiten) ke pertanian moderen (komersial). Pada tahap ini, tanaman-tanaman pokok tidak lagi mendominasi produk pertanian, karena tanaman-tanaman perdagangan yang baru seperti; buah-buahan, kopi, teh dan lain-lain sudah mulai dijalankan bersama dengan usaha pertenakan yang sederhana.
Kegiatan-kegiatan baru tersebut meningkatkan produktivitas pertanian yang sebelumnya sering terjadi pengangguran tak kentara. Usaha-usaha ini terutama sekali sangat diperlukan di sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga, dimana angkatan kerja di pedesaan berlimpah agar bisa dimanfaantkan lebih baik dan efisien.
Sebagai contoh, andaikan tanaman pokok menggunakan tanah hanya sebagian waktu dalam setahun, maka tanaman-tanaman perdagangan bisa ditanam pada waktu-waktu yang senggang dan bukan hanya tanah yang menganggur tetapi juga memanfaatkan tenaga kerja yang ada dalam keluarga.
Keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha atau mentransformasikan pertanian tradisional tidak hanya tergantung pada ketrampilan dan kemampuan para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga tergantung pada kondisi-kondisi sosial, komersial dan kelembagaan.

III. Pertanian Moderen
Pertanian moderen atau dikenal juga dengan istilah pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Keadaan demikian bisa kita lihat di negara-negara industri yang sudah maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai respons terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Kenaikan standar hidup, kemajuan biologis dan teknologis serta perluasan pasar-pasar nasional dan internasional merupakan motor yang penting bagi pembangunan ekonomi nasional.
Dalam pertanian moderen (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi tujuan pokok. Keuntungan komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum perhektar dari hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pestisda, bibit unggul dan lain-lain) dan sumber daya alam merupakan tujuan kegiatan pertanian. Dengan kata lain seluruh produksi diarahakan untuk keperluan pasar. Kopnsep-konsep teori ekonomi seperti biaya tetap dan biaya variabel, tabungan, invesatasi dan jumlah keuntungan, kombinasi faktor-fakor yang optimal, kemungkinan-kemungkinan produksi yang optimum, harga-harga pasar, semuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pertanian moderen (spesialisasi) bias berbeda-beda dalam ukuran dan fungsinya. Mulai dari jenis pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran yang ditanam secara intensif, sampai kepada pertanian gandum dan jagung yang sangat besar seperti dai Amerika Utara. Hampir semuanya menggunakan peralatan mekanis yang sangat hemat tenaga kerja, mulai dari jenis tarktor yang paling besar dan mesin-mesin panen yang moderen. Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian moderen dalah titik beratnya pada salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja memperhatiak skala ekonomis (economic of scale) yaitu denga cara meminumkan biaya untuk mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian moderen praktis tidak berbeda dalam konsep atau operasinya denga perusahan industri yang besar. Sistem pertanian moderen yang demikian itu sekarang dikenal denga agri-bisnis.

Kita telah mengetahui bahwa dalam hampir bagi semua masayrakat tradisional, pertanian bukanlah hanya sekedar kegiatan ekonomi saja, tetapi suda merupakan bagian dari cara hidup mereka. Setiap pemerintah yang berusaha menstranformasi pertanian tradisional haruslah menyadari bahwa pemahaman akan perubahan-perubahan yang mempengaruhi seluruh sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaan adalah penting. Tanpa adanya perubahan-perubahan seperti itu, modernisasi pertanian tidak akan pernah bisa berhasil seperti yang diharapkan.

putra panrita lopi: DIFERENSIAL PARSIAL

putra panrita lopi: DIFERENSIAL PARSIAL

putra panrita lopi: perkembangan teknologi pertanian

putra panrita lopi: perkembangan teknologi pertanian

perkembangan teknologi pertanian

BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG


Pertanian adalah merupakan salah satu usaha yang bisa menunjang kehidupan masyarakat dalam kehidupannya yang saat ini memang telah banyak digeluti oleh masyarakat kecil maupun masyarakat tingkat sedang. Namun, sebagian besar masyarakat kecil masih terhambat oleh kurangnya pengembangan teknologi yang memang sangat dibutuhkan sekarang sebagai pembantu dalam mengelolah lahan petanian maupun hasil-hasil pertanian. Keterbatasan inilah yang sekarang menjadi bahan untuk dipecahkan bersama-sama guna membantu para petani dalam mengembangkan usahanya dalam bertani.
Kemudian selain dari pada itu, pengembangan teknologi juga dibutuhkan sebagai pembaruan dari usaha tani tradisional guna lebih meningkatkan lagi produktivitas hasil pertanian. Usaha yang telah dilakukan dalam mengembangkan usaha tani juga memang penting karena pengembangan teknologi dalam bidang usaha pertanian ditujukan agar dapat membantu para petani dalam mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi sebagaimana yang diharapkan oleh semua petani.

Pengembangan teknologi dalam bidang pertanian tentunya harus dilakukan dengan memperhatikan sistem pertanian yang digunakan yang didalamnya mencakup berbagai macam cara dalam mengembangkan hasil pertaian selain daripada teknologi. Pengetahuan yang seperti ini seharusnya menjadi modal utama dalam mengembangkan usaha tani apabila kita ingin mendapatkan keuntugan yang besar. Hal-hal yang seperti inilah yang seharusnya petani perhatikan terlebih dahulu ketika ingin memulai usaha tani agar tidak mendatangkan kerugian. Selain itu, peran pemerintah juga dibutuhkan guna memberi pengetahuan berupa sosialisasi ketika ada pengembangan metode pertanian maupun pengembangan alat-alat pertaian yang dapat membantu megurangi beban para petani.


B.   RUMUSAN MASALAH

1.     Apa Yang Menyebabkan Keterbatasan Pengembangan Teknologi Oleh Petani ?
2.     Bagaimana Usahatani Tradisional Dalam Pengembangan Teknologi dan Pembaruan ?
3.     Bagaimana Cara Pengembangan Sistem Pertanian, Praktek dan Pengetahuan Lokal Setempat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Penyebab Keterbatasan Pengembangan Teknologi Oleh Petani
          Salah satu faktor pendukung dalam pengolahan suatu lahan pertanian maupun pengembangan pengolahan hasil pertanian saat ini adalah adanya pengembangan teknologi yang sangat membantu dalam upaya mempermudah para petani dalam hal pengerjaannya. Namun, masih banyak pula petani yang tidak mengikuti perkembangan teknologi yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kurangnya informasi maupun kurangnya pengetahuan setempat. Pengetahuan lokal setempat tidak menyebar secara merata dalam suatu masyarakat dan bakat seseorang untuk menyimpan pengetahuan tradisional dan menghasilkan pengetahuan baru seringkali berbeda. Tiap individu hanya memiliki satu bagian dari pengetahuan masyarakat lokal setempat. Pegetahuan khusus (misalnya pemahaman tentang bakat pengobatan dalam tanaman) seringkali tetap menjadi rahasia atau hanya diketahui oleh orang-orang tertentu, seperti para tetua, dukun bayi, atau tabit. Bagaimanapun juga petani tidak mendokumentasikan pengetahuan mereka sehingga bisa diketahui oleh orang lain. Pengetahuan mereka tampak hanya secara implisit dalam praktek, tindakan dan reaksi mereka daripada merupakan sumber daya yang tersedia.
Banyak tradisi pertanian lama serta pengetahuan yang tersimpan di dalamnya menjadi punah. Teknologi, pendidikan, agama, dan nilai-nilai asing serta marginalisasi pertaian dan faktor-faktor lain telah mengearah pada marginalisasi pengetahuan petani dan cara-cara penyebarannya. Dengan punahnya pengetahuan lokal setempat maka punah pula prakte-praktek, jenis tanaman dan ternak yang terseleksi, alat-alat dan sebagainya. Namun juga sebaliknya, bila sumbr daya genetik punah, pengetahuan tentang bagaimana memanfaatkan sumber daya itu juga akan hilang. Budaya tani dalam dunia ketiga belum secara sistematis menampung pengetahuan teknis tradisional dan tampak sudah tidak relevan, tetapi kemungkinan akan menjadi relevan dalam perubahan-perubahan di masa mendatang dalam kondisi-kondisi pertanian. Selain itu, para petani kurang memperhatikan metode pendekatan analitis yang merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pengembangan teknologi. Banyak sekali petani yang tidak analitis dalam mengevaluasi teknik yang mereka cobkan di lahan dan cendrung mengambil kesimpulan yang keliru. Mereka tidak selalu memahami alasan-alasan pokok kenapa panennya baik atau buruk dan menguraikan keberhasilan suatu teknik pada perbedaan-perbedaan yang tampak.
Connel(1990) menyimpulkan bahwa hasil pengembangan teknologi oleh petani tidak terarah dan tidak menentu karena alasan-alasan tersebut di atas. Ini merupakan bidang-bidang di mana kemampuan petani bisa diperkuat dan dikembangkan. Namun, keterbatasan-keterbatasan ini tidak mengelirukan konsep pegujicobaan petani. Sementara uji coba oleh seorang petani tidak produktif, sangat mungkin bahwa beberapa pembaruan yang berharga akan dikembangkan oleh petani ketika prosesitu terjadi dalam suatu masyarakat tani atau dalam suatu populasi yang lebih besardalam saluran-saluran komunikasi (informal) yang berfungsi baik.
Ujicoba petani bisa juga menjadi terbatas karena:
a.     Kurangnya informasi tentang pilihan-pilihan potensial dalam mencari teknologi yang baik
b.     Kurangnya pemahaman ilmiah tentang proses-proses yang berperan berlangsung di dalam uji cob mereka
c.      Terlalu banyak variabel dalam uji coba mereka yang mengakibatkan interpretasi hasinya sangat sukar
d.     Tidak memadainya metode pengukuran untuk mencapai kesimpulan yang logis tentang apa yang ingin mereka teliti dan uji
e.      Isolasi uji coba petani dari uji coba petani lain, yang berarti bahwa mereka tidak bisa saling memanfaatkan gagasan, penemuan, dan interpretasi.
B.    Usahatani Tradisional Dalam Pengembangan Teknologi dan Pembaruan
Perjuangan orang pedesaan untuk mempertahakan hidupnya pada pokoknya adalah menghasilkan bahan pangan yang cukup bagi keluarga dan mempertahanka kapasitas produktif lahannya, sehingga mereka bisa terus menghasilkan bahan pangan bagi keluarga dan generasi mendatang. Agar perjuangan ini bisa berhasil, pengembangan teknologi melalui pengujicobaan dan penggabungan pengetahuan baru selalu menjadi bagian penting dalam usaha tani. Teknik baru yang dikembangkan oleh seorang anggota komunitas atau yang dikenalkan oleh orang luar, jika bermanfaat bagi masyarakat setempat akan disebarkan dari mulut ke mulut, melalui peniruan atau pendidikan informal pada pertemuan-pertemuan desa, melalui upacara pelantikan dan kemudian menjadi bagian dari pengetahuan asli setempat.
Dengan cara ini, pengembangan/pembaruan pengetahuan dalam bertani semakin berkembang hingga kemudian menjadi turun temurun dan digunakan sampai sekaran ini, namun semakin dikembangkan lagi. Dalam literatur yang lebih baru, petani yang inovatif kini diterima sebagai rujukan, bukan sebagai perkecualian, dan pada tahun-tahun belakangan ini ada kepentingan ilmiah dan semakin menitik beratkan pada sistem pertanian dan teknologi yang di kembangkan di daerah setempat. Sistem pertanian dan tekologi tersebut dilihat sebagai satu sumber gagasan yang pantas, kultivar yang beradaptasi serta praktek-praktek yang bisa mengarah pada pemanfaatan sumberdaya setempat secara berkelanjutan (coen : 38)